Rabu, 18 Desember 2019

Nyalak Senapan Diatas Pohon Kelapa & Gugurnya R. Ojong Bantamer


Seperti telah dicatat oleh Letnan Kolonel A.J.F. Doulton dalam The Fighting Cock: The Story of The 23rd Indian Division, semenjak konvoi dari pihak pasukan inggris diserang secara besar-besaran oleh para pejuang republik di Bojong kokosan tanggal 9 Desember 1945, tentara Inggris telah berupaya mencari pusat kekuatan para pejuang tersebut.

Dari informasi yang dihimpun intelijen militer Inggris telah didapatkan pusat pertahanan para pejuang adalah Cibadak. Maka pada tanggal 10 Desember 1945 diberangkatkan satu skuadron tempur RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris) dari pangkalan udara Kemayoran/Jakarta. Pesawat - pesawat itu terdiri dari empat jenis Mosquito dan enam Thunderbolt yaitu pesawat pembom yang memuat 500 pound bom.


Hal pertama yang dilakukan oleh RAF adalah menyebarkan ribuan pamflet dari atas udara Cibadak. Mereka menyerukan para pejuang menyerah dan penduduk sipil agar menyingkir. Dikarenakan tidak ada respon dari pihak TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan lasykar, maka beberapa jam kemudian RAF telah bersiap melakukan pemboman Cibadak.

“RAF menjalankan penyerangan lewat udara yang paling dasyat selama keterlibatan mereka dalam “Perang Jawa”…” tulis Doulton.

Pada saat serangan dan pemboman Cibadak sedang berlangsung, sebagian pejuang republik berlindung disebuah bukit sambil melakukan tembakan balasan. Seorang pemuda anggota TKR bernama R. Ojong Bantamer merasa gemas melihat pesawat - pesawat itu telah melakukan serangan - serangannya dari atas udara Cibadak.


Pemuda yang lahir pada tahun 1926 dari pasangan RA. Adikusuma dan Rd. Enok Shinta itu segera berlari maju kedepan untuk dapat lebih mendekati lokasi serangan, dihadapannya terdapat pohon kelapa yang dengan segera ia panjat untuk mendapatkan posisi strategis dengan lintasan pesawat - pesawat milik RAF Inggris tersebut.


Tekadnya telah bulat untuk melakukan perlawanan dari atas pohon kelapa itu dengan berbagai resikonya. Setelah berada diatas ia segera mengokang senapan "Lee Enfield" kemudian memuntahkan peluru - peluru panas kearah pesawat - pesawat tempur Inggris itu dalam jarak terjangkau dari senapannya. Beruntung tembakan - tembakan dari Bantamer tersebut telah mengakibatkan rusaknya salah satu dari sayap pesawat yang memaksanya harus untuk pulang lebih cepat ke lapangan udara Kemayoran.


Usai pemboman yang berlangsung lebih dari satu jam dan dilakukan dua kali, Cibadak telah dipenuhi puing-puing dan sebagian besar infrastruktur telah hancur. Menurut Komandan Resimen III, Letnan Kolonel Eddie Soekardi, korban bisa mencapai angka ratusan. Anak buahnya yang telah gugur akibat pemboman itu berjumlah lebih dari 40 orang.


Pada 12 Maret 1946 Bantamer dan anggota TKR lainnya telah ditugaskan untuk menjaga sebuah gudang makanan di Sukabumi, saat itu telah berlangsung lagi pertempuran. Dalam peristiwa itu Bantamer berlindung disebuah tempat didekat talang air degung Sukabumi. Namun sayang, detik - detik akhir saat ia akan melemparkan sebuah granat kearah lawannya. Sebutir peluru telah melesat kearah Bantamer, ia jatuh tersungkur. Granat tangan yang masih berada dalam genggamannya tersebut telah terlepas dari pin nya kemudian meledak sangat dasyat.
Maka gugurlah sang patriot bangsa itu.


R. Ojong Bantamer telah gugur sebagai bunga bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, beliau dimakamkan di kampung halamannya di Desa Nagrak Selatan, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi.

JSS Reen Actor & dari berbagai sumber.
Fb : Jelajah Sejarah Soekaboemi