Sabtu, 10 Agustus 2019

Menguak Terowongan Era Kolonial di Cipetir Kabupaten Sukabumi


Goa/ Terowongan peninggalan masa lampau ini memiliki bentuk yang sempit, mulut goa/ terowongan ini memiliki lebar 1 m dan tinggi 2,5 m dengan kedalaman goa 7 m. Ketika Tim Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi (JSS) menemukan serta menelusurinya pada tahun 1995 lalu sampai dengan sekarang, terlihat pada bagian dalam goa tersebut terdapat tembokan mirip tempat dapur yang berfungsi sebagai tempat cuci piring, dan peralatan rumah tangga lainnya.


Sebenarnya kedalaman goa/ terowongan tersebut dapat dipastikan lebih jauh dan lebih panjang dari ukuran/ kedalamannya yang sekarang terlihat ditutup oleh batu - batuan. Hal tersebut didapatkan dari narasumber (Kang Dida Hudaya) bahwa kedalaman terowongan ini sebetulnya sangat panjang, mulut goa ini dimulai dari lokasi bekas rumah administratur yang terletak bersebelahan dengan jalan raya Cipetir.


Sedangkan mulut goa/ terowongan yang kedua terdapat dilokasi perkebunan yang sama dan sedikit jauh kearah bawah dari lokasi yang pertama, sedangkan mulut dari goa/ terowongan yang ketiga berada di pabrik tua pengolahan karet "Gutta Percha" Cipetir yang telah dirintis pada tahun 1885 - 1921 silam tersebut.


Analisis sementara dari keberadaan goa/ terowongan tersebut kemungkinan pernah difungsikan sebagai akses jalan lain menuju kedua lokasi yang telah disebutkan diatas, kemungkinan kedua lokasi goa ini sebagai lokasi keamanan yaitu apabila telah terjadi suatu keadaan yang tidak diinginkan seperti serangan, dan lain - lain.

Sekilas Perkebunan karet Gutta Percha

Tanaman Gutta Percha adalah tumbuhan hutan yang diperkirakan banyak tersebar disekitar pegunungan yang berada di Kepulauan Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia.


Tanaman karet "Gutta Percha" mempunyai pohon yang besar dengan ketinggian rata - rata mencapai 30 M, dan mempunyai diameter sampai 120 Cm. Memiliki batang yang  lurus, berbentuk bulat dengan banir tipis, lebar. Kayunya berwarna coklat kemerahan, mengkilat, mempunyai urat  dan ringan. Buahnya hijau memanjang serta berisi biji yang memanjang pula. 


Gutta Percha banyak tumbuh di hutan -hutan tropika, diantaranya banyak terdapat pada dataran rendah dengan ketinggian mencapai 1500 M DPL. Perkembangbiakan pohon ini dengan menggunakan biji, namun dapat juga diperbanyak dengan cara menggunakan teknik stek.


Proses produksi dari getah karet jenis Gutta Percha ini didapat dengan cara menggiling dari daun - daunannya, hal ini berbeda dengan jenis karet yang umum kita ketahui yaitu dengan cara mengambil getah karetnya dengan disadap/ membuat ulir pada batang pohon karet tersebut.


Kegunaan utama dari karet Gutta Percha diantaranya adalah :

-   Digunakan sebagai pelapis bagian luar 
    dari produk bola golf, campuran gips
    untuk pembalut tulang, serta
    Pembuatan gigi palsu. 

-   Kayunya dapat digunakan untuk dibuat 
    perabot rumah, lantai rumah, 
    dan aneka mebel.

-   Buah Gutta Percha dapat dikonsumsi 
    serta Bijinya mengandung lemak
    untuk memasak. 

-   Bagian bunga dari karet Gutta Percha
    dapat dimanfaatkan sebagai obat diare,  
    aromatik, ekspektoran, dll.

-   Minyak biji dapat dimanfaatkan sebagai 
    minyak lampu, obat koreng, encok, biji    
    untuk eksim, urat darah membesar, dan 
    benangsasi untuk sakit panas. 

Antara tahun 1856 sampai dengan tahun 1896, penggunaan karet Gutta Percha pada skala dunia digunakan untuk insulasi kabel bawah laut dan sudah mencapai 16.000 ton yang telah terbentang sejauh 184.000 mil laut di sekitar pantai Benua Amerika, Eropa, Asia, Australia, pantai timur serta disebelah barat Afrika.


Karena melihat prospek komersial yang baik , pada tahun 1885, Pemerintah Hindia Belanda melakukan penelitian dengan cara menanam pohon karet Gutta Percha, untuk kemudian diseleksi dan ditanam pada lahan perkebunan Cipetir Cikidang yang pada saat itu Kebun Cipetir adalah kebun percobaan yang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor. Saat ini perkebunan Cipetir Cikidang telah menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII/ PTPN VIII, Kabupaten Sukabumi. 


Pada sekitar tahun 1901, karena kebutuhan produk karet Gutta Percha yang meningkat, Pemerintah Kolonial Belanda membangun Perkebunan Negara Gutta Percha Cipetir . 


Dimulai sekitar tahun 1901 sampai dengan tahun 1906 dilakukan penambahan areal lahan seluas 1000 ha, yang kemudian pada tahun 1919 penanaman karet Gutta Percha diperluas lagi seluas 250 ha.

Kini lokasi dari pabrik tua Cipetir menjadi potensi wisata yang sangat menjanjikan, keberadaannya menjadi sorotan dan telah dikenal di seluruh dunia ketika beberapa waktu lalu produk blok karet bertuliskan "Tjipetir" ditemukan mengambang dan tersebar di lautan benua eropa.

* Tim solid Komunitas Jelajah Sejarah
   Soekaboemi (JSS)
* JSS Explorer
* JSS Research
* JSS Reen Actor
* Tropen Museum
* WereldCulturen
* Dari berbagai sumber

Selasa, 06 Agustus 2019

Menguak Legenda Goa Karang Tulak Cibadak Kabupaten Sukabumi



Sore menjelang malam hari.. Kami melangkah menuju lokasi Goa Karang Tulak. Perjalanan tidak banyak menyita waktu, sebab lokasi ini berjarak tidak begitu jauh dari kota Cibadak yang berlokasi diantara Jalan raya Cibadak - Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.


Kegiatan eksplorasi dan penelitian ini kami awali dengan acara berkemah di lokasi goa Karang Tulak. Adapun waktu untuk eksplorasi dan penelitian sengaja kami pilih pada malam hari serta dilanjutkan pada esok harinya.


Tim jelajah terdiri dari Kang Dida Hudaya, Ki Guna Wisesa, Ambu Zahwa Aulia, Kang Dadang Suherman, Teh Lilis, Kang Fery,  Kang Yani, serta saya sebagai penulis. Tim harus berhati - hati untuk berkeliling disekitar lokasi dan mendaki bukit ini dikarenakan banyak terdapat hewan - hewan liar yang kami temui di lokasi seperti bayawak dan berbagai jenis/ ukuran ular berbisa.


Suasana malam di lokasi Goa Karang Tulak ini begitu menggelitik dan mendebarkan hati kami semua untuk merasakan suasana alam disekitar area lokasi tersebut yang sarat dengan legendanya dimasa lampau yang terkenal sebagai bekas dari wilayah kabuyutan berlokasi di wilayah Cibadak.


Masyarakat disekitar lokasi Goa tersebut mengenal lokasi ini dengan sebutan Goa Karang Tulak, yang memang dulu pada bagian atas/ ujung bukit batuan cadas ini terdapat sebuah batu besar yang terkunci oleh batu lainnya sehingga tidak terjatuh kebawah dan hal ini menjadi dasar dari penamaan lokasi goa tersebut. Selain dari pada itu banyak terdapat jenis batuan berukuran besar dibagian atas goa Karang Tulak tersebut.


Lokasi dari Goa Karang Tulak ini didalam legenda Masyarakat sekitar dikenal pula dulunya sebagai lokasi petilasan beberapa tokoh - tokoh terkenal di masa Kerajaan Sunda/ Galuh masih berdiri, diantaranya yaitu : 

- Prabu Tajimalela
- Prabu Ciung Wanara
- Prabu Siliwangi
- Prabu Kean Santang, serta tokoh - tokoh
  lainnya termasuk Bung Karno sebagai
  presiden RI pertama.


Selain itu dapat dimungkinkan juga lokasi ini berkaitan erat dengan keberadaan 4 buah Prasasti Sanghyang Tapak (Ki Tapak) yang dibuat oleh Sri Jaya Bupati (Raja Kerajaan Sunda) pada tahun 1030 Masehi dan memang tidak begitu jauh dari lokasi penemuan prasasti - prasasti tersebut.


Goa Karang Tulak ini terlihat hijau alami, hal ini dikarenakan lokasi Goa tersebut sudah ditumbuhi pohon beringin, serta tumbuhan liar lainnya yang tampak sudah berusia tua membuat udara dibawah rimbunnya lokasi inipun terasa segar alami dengan semilirnya tiupan angin.


Ada terdapat 5 buah goa lebih berbagai ukuran yang terdapat di lokasi Goa Karang Tulak ini, sebagian goa ada tersebar yang terdapat pada dinding batuan alami disepanjang barisan bukit gentur tersebut. Diantaranya terdapat 2 buah goa yang saat kami telusuri masuk ternyata lorongnya kembali lagi keluar mulut goa lainnya yang terdapat dibagian depan.


Goa - goa tersebut kami telusuri masuk untuk mengetahui kebenaran dari cerita yang telah melegenda bahwa goa - goa yang ada dilokasi ini dapat menembus ke goa - goa lainnya yang terdapat di Goa Kuta Maneuh Cisaat, Goa Cukang Lemah di Taman Prabu Siliwangi Cibadak, ada juga yang tembus sampai Palabuhan Ratu.


Terdapat juga beberapa bagian goa yang didalamnya seolah tertutup patahan batu berukuran besar dari langit - langit goa diatasnya, hal ini dapat dimungkinkan akibat dari pergeseran alami yang timbul akibat gempa.


Bagian dasar lantai dari goa - goa tersebut rata - rata berlantaikan lapisan lumpur/ tanah yg mengandung air, lumpur ini dapat dimungkinkan terbawa masuk dari lubang - lubang kecil ataupun patahan goa yang terdapat pada bagian atas Karang Tulak serta terbawa oleh air hujan sehingga lumpur tersebut terbentuk menjadi lantai dari goa - goa tersebut.


Lokasi Goa Karang Tulak menyimpan potensi wisata alam yang dapat dikelola secara profesional disamping memiliki legenda/ kearifan lokal yang telah dikenal secara turun temurun, lokasi ini memiliki keindahan alam yang unik dan menarik karena tidak jauh dari aliran sungai serta berdekatan pula dengan lokasi kesejarahan era kolonial yaitu bangunan bendungan yang menuju ke PLTA Ubrug.


Kegiatan eksplorasi dan penelitian yang dilakukan oleh Tim Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi (JSS) ini dilanjutkan pada pagi harinya dengan acara bersih - bersih di area depan goa Karang Tulak tersebut sebagai bakti komunitas JSS sehingga tercipta lokasi kesejarahan dan wisata alam yang berpotensi serta nyaman untuk dikunjungi wisatawan.



* Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi
* JSS Explorer & Research
* Fb. Jelajah Sejarah Soekaboemi.