Kamis, 24 Oktober 2019

Telusur Lokasi Prasasti Sanghyang Tapak Cibadak


Menelusuri lokasi ditemukannya Prasasti Sanghyang Tapak di wilayah Kecamatan Cibadak, Kab. Sukabumi sangat menarik dan mempunyai tantangan tersendiri. Berbekal data - data yang ada kami menelusurinya sampai tuntas.


Prasasti Sanghyang Tapak ( juga dikenal sebagai Prasasti Sri Jayabupati atau Prasasti Cicatih ) adalah prasasti kuno perangka tahun 952 saka (1030 M), terdiri dari 40 baris yang memerlukan 4 buah batu untuk menulisnya. Keempat batu prasasti ini ditemukan di tepi  Sungai Cicatih, Cibadak, Kab. Sukabumi, Jawa Barat. Tiga diantaranya ditemukan di dekat Kampung Bantar Muncang, sementara sebuah lainnya ditemukan di Kampung Pangcalikan. Prasasti ini ditulis dalam huruf Kawi Jawa. Kini keempat batu prasasti ini disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta, dengan kode D 73, D 96, D 97, dan D 98.


Isi tiga prasasti pertama (menurut Pleyte):

D 73: //O// Swasti shakawarsatita 952 karttikamasa tithi dwadashi shuklapa-ksa. ha. ka. ra. wara tambir. iri-ka diwasha nira prahajyan sunda ma-haraja shri jayabhupati jayamana-hen wisnumurtti samarawijaya shakalabhuwanamandales
waranindita harogowardhana wikramo ttunggadewa, ma-


D 96: gaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira shri jayabhupati prahajyan sunda. mwang tan hanani baryya baryya shila. irikang lwah tan pangalapa ikan sesini lwah. Makahingan sanghyang tapak wates kapujan i hulu, i sor makahingan ia sanghyang tapak wates kapujan i wungkalagong kalih matangyan pinagawayaken pra-sasti pagepageh. mangmang sapatha.


D 97: sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan.

D. 98: //O// indah ta kita kamung hyang hara agasti purbba daksina paccima uttara agniya neriti tabayabya aicanya urddhadah rawi caci patala jalapawana hutasanapah bhayu akaca teja sanghyang mahoratra saddya yaksa raksasa picaca preta sura garuda graham kinara mahoraga catwara lokapala yama baruna kuwera bacawa mwang putra dewata panca kucika nandicwara mahakala durggadewi ananta surindra anakta hyang kalamrtyu gana bhutha sang prasiddha milu manarira umasuki sarwwajanma ata regnyaken iking sapatha samaya sumpah pamangmang ni lebu ni paduka haji i Sunda irikita kamung hyang kabeh - pakadya umapala ikan - i sanghyang tapak ya patyananta ya kamung hyang dentat patiya siwak kapalanya cucup uteknya belah dadanya inum rahnya rantan ususnya wekasaken pranantika - i sanghyang kabeh tawat hana wwang baribari cila irikang iwah I sanghyang tapak apan iwak pakan prannahnya kapangguh i sanghyang - maneh ka liliran pakanya katake dlaha ning dlaha - paduka haji i Sunda umademaka kadarman - ing samangkana wekawet paduka haji i Sunda sanggum nti ring kulit kata manah ing kanang - i sanghyang tapak makatepa iwah watesnya i hulu i sanghyang tapak - i hilir mahingan i rikang - umpi ing wungkal gde kalih.i wruhanta kamung hyang kabeh //O//


Terjemahan

Selamat dan sejahtera. Pada tahun Saka 952, bulan Kartika pada hari ke-12th bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, Wuku Tambir. Hari ini adalah hari dimana raja kerajaan Sunda, Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandales waranindita Haro Gowardhana Wikramot
tunggadewa, membuat tanda tapak di bagian timur Sanghiyang Tapak. 


Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja kerajaan Sunda. Tidak ada seorangpun yang boleh melanggar aturan ini. Di bagian sungai ini tidak boleh menangkap ikan, di kawasan pemujaan Sanghyang Tapak dekat hulu sungai. Jauh hingga ke batas Sanghyang Tapak yang ditandai dua pohon besar. Demikanlah tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah kerajaan Sunda.


Piagam persumpahan raja ditulis di atas prasasti keempat (D 98). Terdiri atas 20 baris, sumpah ini memanggil semua kekuatan gaib, dewata (hyang) dari langit dan bumi untuk membantu menjaga dan melindungi mandat sang raja. Siapa saja yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh segenap makhluk halus, mati dengan cara yang mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, ususnya dihancurkan, dan dada dibelah dua. Prasasti ini ditutup dengan kalimat, "I wruhhanta kamung hyang kabeh" (Oh ketahuilah kamu sekalian hyang).


Penanggalan Prasasti

Penanggalan prasasti Sanghyang Tapak menunjukkan tanggal 11 Oktober 1030. Menurut naskah Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati berkuasa selama 12 tahun (952 - 964) saka (1030 - 1042 M). 


Hal yang menarik adalah tulisan prasasti ini menunjukkan gaya tulisan prasasti Jawa Timur. Tidak hanya aksaranya, bahasa, serta gaya bahasanya saja, bahkan gelar kebesaran sang raja sangat mirip dengan nama gelar bangsawan di istana Dharmawangsa. Sri Jayabupati dalam Carita Parahyangan disebut sebagai Prabu Detya Maharaja. Beliau adalah Raja Kerajaan Sunda ke-20 setelah Tarusbawa.

Sumber: Wikipedia & Sumber lainnya
Foto      :  Komunitas Jelajah Sejarah
                 Soekaboemi

Sasakala Gunung Jayanti & Palabuhan Ratu


Jaya Antea yang telah gelap mata karena cinta terus menerus mengejar kelompok kecil Nyi Purnama Sari. Cintanya yang kandas telah menyebabkan keberpihakan Jaya Antea kepada pihak lawan pada masa itu dan dengan segera telah meninggalkan kerajaan Pakuan Pajajaran. 


Nyi Purnama Sari adalah putri dari Prabu Nilakendra (Raja Pajajaran). Diceritakan didalam Pantun Dadap Malang Sisi Cimandiri, Pajajaran runtag pada masa "Bahla Cai Sagara Ngumpul" sekitar tahun 1567 M. Hal ini memang sedikit berbeda dengan keterangan dari sumber lainnya yang menyebutkan Pajajaran runtuh pada tahun 1579. Pada waktu tersebut Prabu Nilakendra dengan para pengikutnya telah meninggalkan Dayeuh Pakuan berangkat ke arah Selatan Sukabumi/ daerah Tegal Buleud.


Sementara itu kelompok kecil dari Nyi Purnama Sari juga sama telah ikut hijrah serta berangkat pula ke arah Selatan dayeuh Pakuan bersama suaminya/ Raden Kumbang Bagus Setra yang belum lama melangsungkan pernikahan di Pakuan, selain itu terdapat Puragabaya Pajajaran (Pengawal inti kerajaan) yang telah ikut serta mengawal mereka yaitu bernama Rakean Kalang Sunda.


Sebelum terjadinya peristiwa diatas, Nyi Purnama Sari pernah dipinang oleh Mantri Majeti di Pakuan Pajajaran (Sekretaris Negara) yang bernama Jaya Antea, namun Nyi Purnama Sari kemudian memilih Raden Bagus Kumbang Setra (Pangeran Pajajaran Girang) menjadi suaminya. Melihat kenyataan tersebut akhirnya Jaya Antea meninggalkan Pakuan Pajajaran untuk pergi ke tanah arab dan diketahui dikemudian hari dia telah kembali dan mengaku sebagai putra mahkota kerajaan Pakuan Pajajaran di kesultanan Banten.


Jaya Antea yang telah mendapat restu dari kesultanan Banten dengan segera bergerak  bersama pasukannya ke dayeuh Pakuan, Setelah dari Pakuan dia dan pasukannya melakukan pengejaran ke Selatan dan telah terjadi pertempuran disepanjang jalan/ Menurut sebuah sumber, Kisah pengejaran ini yang menjadi riwayat dari nama - nama daerah seperti: Pangadegan (Parung Kuda), Sunda Wenang (Parung Kuda), Panenjoan (Cibadak), Tenjo Jaya (Cibadak), Cukang Lemah (Cibadak) mereka terus melakukan pengejaran dan akhirnya  kelompok kecil Nyi Purnama Sari dapat terkejar juga. Terjadilah perang tanding antara Kumbang Bagus Setra dengan Jaya Antea, dalam perkelahian tersebut Raden Kumbang Bagus Setra telah gugur di daerah Bantar Gadung (Warung Kiara).


Selanjutnya Jaya Antea terus mengejar Nyi Purnama Sari yang saat itu dalam keadaan hamil, pengejaran ini sampai ke daerah Bag - Bagan Sekarang. Rakean Kalang Sunda segera mengambil tindakan, dan terjadilah perang tanding antara  Jaya Antea dengan Rakean Kalang Sunda, akhirnya Jaya Antea harus mengakui kekalahannya dari Rakean Kalang Sunda. Tempat perkelahian antara Jaya Antea dengan Rakean Kalang Sunda kini dinamai "Gunung Jayanti", yang konon diambil dari nama "Jaya Antea". 


Setelah terjadinya peristiwa tersebut, Nyi Purnama Sari menyeberang ke Selatan Cimandiri disertai Rakean Kalang Sunda menuju Babakan Cidadap. Lokasi tersebut terletak diantara Cimandiri dengan bekas Sungai Cinyocok sekarang yaitu kampung Mariuk sampai ke daerah Babakan Lebu Palabuhan Ratu, di daerah ini terdapat penduduk setempat yang dipimpin oleh beberapa orang Pu'un (sebutan untuk kepala kampung). Saat itu Pu'un yang memimpin yaitu Ki Saragosa, Ki Gandana, dan Ki Sanaya. Pada saat Nyi Purnama Sari akan melahirkan, merekalah yang telah membantu persalinan dan kemudian bayi perempuan itu diberi nama Nyi Mayang Sagara.


Kehadiran dari Nyi Purnamasari ternyata telah membawa kemajuan yang berarti bagi Cidadap. Daerah ini tumbuh menjadi pelabuhan ramai dan penduduknya kian hari kian berkembang. Para Pu'un tadi sepakat untuk mengangkat Nyi Purnama Sari menjadi Pu'un Nyi Ratu Purnamasari karena beliau adalah seorang anak raja Pakuan Pajajaran. Itulah pertama kali kata Ratu dipergunakan disana.


Seiring perekonomian yg terus meningkat akhirnya daerah tersebut telah dapat memancing kedatangan bajak laut, namun kemudian para bajak laut tersebut dapat ditaklukkan. Kepemimpinan dari Nyi Ratu Purnama Sari telah berhasil mengamankan dan dapat memakmurkan daerah ini. Seiring waktu berjalan daerah tersebut dikemudian hari telah diserahkan kepada putrinya yang bernama Nyi Mayang Sagara, karena Nyi Purnama Sari yang telah sepuh hendak berangkat untuk bertapa di Daerah Cicareuh Warungkiara.


Sepeninggal dari Nyi Pu'un Purnama Sari, Kampung tersebut dipindahkan ke daerah Pelelangan Ikan Palabuhan Ratu sekarang. Dikemudian hari wilayah inilah yang telah kita kenal sekarang yaitu sebagai pusat dari Pemerintahan daerah Kabupaten Sukabumi sampai dengan hari ini.


Sumber : Pantun Bogor & Berbagai  sumber
Foto        : JSS Reen Actor, Gunung Jayanti,
                  Pantai Palabuhan Ratu

Pertama Di Sukabumi, Telusur Sejarah Perkebunan Teh Sinagar - Nagrak Kabupaten Sukabumi


Perkebunan teh yang pernah menyandang status perkebunan terbesar di dunia pada tahun 1900 an dan telah dibuka sejak 1830 an tersebut kini bagai hilang ditelan bumi, hanya menyisakan cerita dan kenangan dimasa lalu. Sisa - sisa bangunan yang ada merupakan bukti yg masih ada tentang cerita masyurnya perkebunan teh yang melegenda ini. 


Untuk itu Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi (JSS) serta Ayah Anak Bertualang (aab.id) menyelenggarakan acara Telusur Jejak Sejarah kejayaan masa lalu Perkebunan Teh Sinagar - Nagrak & Ciambar - Kab Sukabumi, kolaborasi lintas komunitas yang akan dilaksanakan pada: 

- Hari minggu
- Tgl 27 Oktober

Tujuan lokasi yang akan didatangi diantaranya, Sisa irigasi, pintu air & posisi Generator Turbin, bekas kolam renang zmn kolonial, Kuburan Eduard Julius Kerkhoven (Administrateur Sinagar Onderneming), Tunnel & Ex pintu air Sungai Cimunjul..
231019


Bagi teman- teman yang siap bergabung menjadi peserta acara, hubungi: 0896 3900 1697 (Dida. Hudaya)

#Jelajah_Sejarah_Soekaboemi
#Lintas_Komunitas
#Explorer
#Thee_planter
#Onderneming
#JASMERAH