Kamis, 18 Juli 2019

Penemuan PLTA Era Kolonial Yang Hilang di Sungai Citarik, Kabupaten Sukabumi


Keberadaan dari fasilitas pembangkitan listrik tenaga air/ PLTA ini tidak kalah melegendanya dari PLTA Ubrug. Sebuah PLTA yang hilang kini telah ditemukan kembali oleh Tim dari Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi (JSS).


Pembangkit listrik yang dibangun pada masa Kolonial Belanda di abad ke-19 ini diperuntukkan memasok kebutuhan energi listrik bagi Afdeling Cisalak, dan Pabrik pengolahan karet "Gutta Percha" Cipetir/ Cikidang yang juga populer sampai ke daratan Eropa.


Pencarian PLTA yang telah hilang ini telah kami lakukan pada tahun 2008 yang lalu. Masyarakat sekitar menamai lokasi ini dengan nama Kampung Listrik yang memang sebagian dari lokasi tersebut telah banyak dibangun rumah - rumah warga.



Dari penelitian yang telah kami lakukan di lokasi ini, sampai dengan sekarang masih dapat kita lihat diantaranya :

- Bekas dari Bendungan air
- Bekas saluran irigasi sepanjang 800 m
- Jembatan besi penghubung irigasi
- Kolam/ bak penenang air
- Bekas tembok penyangga pipa pesat
- Pondasi bekas bangunan "Power House"
- Lobang pembuangan air dari turbin jenis
  "Francis".




Penulis beserta Tim pada waktu itu hampir sudah tidak menemukan keberadaan bekas - bekas dari adanya PLTA tua tersebut, dikarenakan kondisinya sudah tidak terlihat dan banyak ditumbuhi tumbuhan liar sehingga tertutup.



Setelah dilakukan penelitian dari tim JSS Research dengan mempertimbangkan angka debit air, beda tinggi permukaan air, serta angka gaya gravitasi, akhirnya dapat diketahui pembangkit listrik di kampung Ci Aling ini mempunyai daya pembangkitan sebesar 470 - 500 kW.



Dengan angka daya pembangkitan tersebut pembangkit tenaga listrik ini masuk kedalam kategori Pembagkit Listrik Tenaga Mini Hidro/ PLTM.



Dalam tahun 2010 lokasi bekas pembangkit listrik ini telah penulis gunakan untuk keperluan skripsi Teknik, selain itu hasil penelitian dikembangkan kearah perbaikan sarana prasarana serta reaktivasi lokasi untuk dipakai lagi menjadi PLTA aktif dimasa kini.



Pemandangan alami ditempat ini yang bergunung dengan sungai yang berasal dari hulu Citarik memiliki pesona tersendiri untuk dinikmati, sangat potensial untuk wisata alam dan kesejarahan.



Semoga masyarakat luas dapat dapat ikut serta dalam melestarikan peninggalan bersejarah, kepada instansi terkait semoga lokasi - lokasi tersebut mendapatkan perlindungan cagar budaya sebagai lokasi yang sarat edukasi bagi generasi penerus.



* Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi
* JSS Research & Explorer
* Fb : Jelajah Sejarah Soekaboemi.

Minggu, 14 Juli 2019

Penemuan Tembokan Bertulis Era Kolonial di Parakan Salak Kabupaten Sukabumi.


Menelusuri sejarah perkebunan Parakan Salak seakan tiada henti. Tim Inti "Jelajah Sejarah Soekaboemi" akhirnya menemukan jejak - jejak sejarah masa lalu itu dgn ditemukannya salah satu bukti sejarah penting, sebuah plakat/ tembokan tua bertuliskan : 

"WTH. BOREEL 1920 & JJA. BOEKHOLTS 1938" itu tersimpan dalam rimbunnya tumbuh2an liar.


Ekspedisi pencarian plakat/ tembokan tua bertulis tersebut penuh dengan tantangan, Tim dihadapkan pada kondisi alam yang liar serta menuruni tanah yang terjal dan sudah banyak tumbuhan liar dimana mana.


Namun berkat tekad bulat dan semangat yang tinggi Tim Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi bersyukur dapat menuntaskan misi pencarian tersebut.



Berdasarkan dari berbagai keterangan yang ada telah diketahui bahwa JHR. Boreel dan JJA. Boekholts adalah Administratur Perkebunan Teh berlokasi di Parakansalak yang termasyur di daratan eropa di masa lampau.


Lokasi tembokan tua bertulis nama kedua Administratur tersebut berlokasi tidak jauh dari Pabrik pengolahan Teh Parakan Salak, 
Dimana perkebunan tersebut pertama kali dibuka oleh Van Der Hucht.


Masih didalam wilayah perkebunan teh Parakan Salak ini terdapat pula fasilitas pembangkitan listrik yang dahulu pernah dipergunakan untuk kebutuhan listrik bagi pabrik serta rumah - rumah atau bedeng pegawai perkebunan.


Bekas - bekas dari fasilitas pembangkitan listrik tenaga air tersebut masih bisa dilihat sampai sekarang berupa Pintu air, saluran irigasi, Pipa Pesat air, tembokan dudukan pipa, serta bekas mesin turbin pembangkit listrik jenis/ model Francis yang tersimpan dibawah tanah ini dalam kondisi tidak terawat lagi.


Dalam kegiatan penelusuran kesejarahan tersebut, harapan kami semua semoga penemuan - penemuan tersebut dapat diajukan sebagai Cagar Budaya yang tentunya akan menjadi aset wisata dan kesejarahan di Kabupaten Sukabumi.


Anda tertarik untuk ikut eksplorasi alam dan kesejarahan..?
Mari ikut bergabung dalam eksplorasi - eksplorasi serta penelitian selanjutnya bersama kami Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi.

24 Maret 2018.

* Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi
* JSS Research & Eksplorer
* Fb. Jelajah Sejarah Soekaboemi.

Bendungan Tua Era Kolonial di Ciambar Kabupaten Sukabumi


Tidak Kalah menariknya Dengan Tempat Wisata dan bersejarah Lainnya. Desa Munjul Kecamatan Ciambar menyimpan lokasi bersejarah yang berpotensi sebagai lokasi wisata alam sekaligus bersejarah berupa bendungan irigasi pengairan yang diperkirakan berusia tua.


Hal ini didapatkan berdasarkan penuturan Narasumber Kang Muhamad Sumardi Al Alif beserta Ketua Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi Kang Dida Hudaya, serta di dampingi oleh Ketua Tim JSS Explorer Kang Yani "Blekesek Mania" dan Kang Zye Fatsal.


Dari hasil Penelitian yang dilakukan dan dengan memperhatikan struktur serta bahan material yang dipergunakan dalam pembangunan disimpulkan  oleh Tim dari JSS bahwa Bendungan Irigasi Cimunjul Desa Munjul Kecamatan Ciambar tersebut dibangun pada masa Kolonial Belanda.




Seperti diketahui Pendiri perkebunan pada masa lalu di wilayah Nagrak termasuk Ciambar adalah Eduard Julius Kerkhoven (1834 - 1905) yang juga akrab disebut Juragan Sepuh oleh pekerja perkebunan Teh dan Masyarakat Nagrak. Makam Eduard Julius Kerkhoven terdapat di daerah Sinagar Desa Nagrak Utara Kecamatan Nagrak.





Perkebunan Teh yang berpusat di wilayah Sinagar Desa Nagrak Utara Kecamatan Nagrak tersebut membentang luas sampai ke lokasi ini juga. Wilayah Ciambar ini sekitar tahun 2007 lalu dimekarkan terpisah dari Kecamatan Nagrak menjadi Kecamatan tersendiri.


Lokasi tersebut dengan segera dilakukan penelitian oleh Tim Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi dengan hasil yang memuaskan dan lokasi tersebut secara intens akan dilakukan penelitian kembali untuk pengembangan kedepannya. 


* Komunitas Jelajah Sejarah Soekaboemi
* JSS Research & Explorer.
* Fb : Jelajah Sejarah Soekaboemi.

Senin, 08 Juli 2019

Situs Batu Karut Cibadak Kabupaten Sukabumi Yang Sarat Makna


Menguak sejarah situs Batu Karut yang berlokasi di aliran Sungai Cicatih tidaklah mudah untuk dapat menelusuri sejarahnya. Berangkat dari situasi yang ada tersebut, Tim Komunitas  Jelajah Sejarah Soekaboemi secara intens melakukan penelitian ke lokasi serta dapat menggali informasi dari berbagai sumber di Masyarakat. 


Batu berukuran besar dan berada ditengah tengah aliran sungai tersebut bernama Batu Karut, batu yang terdiri dari dua bongkah batu terpisah itu mempunyai karakteristik yang berbeda. Batu yang satu terlihat biasa, sedangkan batu yang kedua terlihat adanya tatahan anak tangga yang dibentuk sedemikian rupa dari bawah menuju keatas.


Dari informasi yang telah kami dapatkan terdapat simbol - simbol mengenai petuah bijak dari batu- batu yang dibentuk oleh orang - orang tua terdahulu tersebut yaitu :

-  Tangga Batu yang berposisi ditengah
   mengandung makna titian kehidupan
   Manusia yang harus dilalui dari titik nol
   untuk dapat mencapai suatu hal.

-  Batu kesatu dan batu kedua
   menggambarkan hal salah dan benar
   yang akan dipilih manusia.

-  Kedua batu tsb diperkirakan berfungsi
   juga sebagai sebuah batas wilayah dari
   masa Kerajaan Sunda dahulu dan pernah
   menjadi wilayah Kabuyutan berdasarkan 
   prasasti Sanghyang Tapak yang kini
   tersimpan di Museum Nasional di
   Jakarta. 

Selama pengamatan yang kami lakukan masih banyak terdapat buangan2 sampah dibeberapa titik lokasi yang dikhawatirkan akan dapat mencemari serta mengganggu ekosistem sungai Cicatih ini.


Demikian penelusuran yang sementara ini kami dapatkan, untuk kedepannya secara bertahap segera kami lakukan penelitian lagi. Semoga masyarakat luas yang bertempat tinggal di sekitar dapat menjaga kebersihan, menjaga keseimbangan alam di sepanjang aliran sungai Cicatih tersebut.


* KIM Jelajah Sejarah Soekaboemi
* JSS Research & Explorer.